Orang bilang anak muda itu berdarah api, mudah berkobar jika disulut dan tidak takut rintangan main hajar, hantam dan sikat. Anak muda dengan darah apinya bisa menghancurkan apa saja namun bisa juga melakukan suatu hal yang fantastis. Saking hebatnya potensi anak muda, presiden pertama kita Ir. Soekarno pernah berkata, "Berikan kepadaku 10 orang pemuda, maka akan aku goncangkan dunia"
Ini cerita salah satu anak muda dunia yang sedang banyak diperbincangkan, namanya Marco Simoncelli. Seorang anak muda Italia kelahiaran Januari 1987 yang sudah lama malang melintang di atas aspal. Pembalap motor berambut kriting ini telah menguasai balapan di kelas 125cc dan 250cc. Sebuah fakta yang bisa menunjukkan kualitas seorang Marco Simoncelli
Tahun 2011 si Kriting memutuskan untuk naik kelas, dia ingin berkompetisi dengan para juara balapa motor seperti Valentino Rossi, Nicky Hayden, Casey Stoner dan Jorge Lorenso, di kelas paling tingi MotoGp. Dengan modal juara kelas 125cc dan 250cc, pembalap Itali tersebut percaya diri bisa bersaing dengan para jawara balap motor dunia. Kekuatan tekad serta keberanian diri membuat Simoncelli yang sering disebut Super-Sic beberapa kali berhasil memenagkan pole position alias membalap diurutan pertama karena memiliki waktu tercepat pada sesi kualifikasi. Namun apa yang terjadi, beberapa kali Super-Sic berpeluang untuk naik podium bahkan menjuarai balapan, dan berkali-kali juga dia jatuh terguling di atas aspal. Bahkan bukan hanya dirinya yang terjatuh, pembalap lainpun ikut menjadi korban kejatuhannya. Dani Pedrosa kandidat juara motogp tahun ini menjadi korban pertama. Dani harus mengubur mimpinya menjadi kampiun karena cedera gara-gara disenggol Simoncelli. Yang terbaru, juara motogp 2010, JOrge Lorenso menjadi korban, di tikungan ke tiga setelah start, lorenso dijatuhkan Simoncelli.
Apakah Simoncelli jahat?
Lintasan balapan bukan sinetron tv yang menghadirkan sosok prontagonis dan antagonis, di atas aspal balapan tidka ada penjahat dan jagoan, semua pembalap berjuang untuk menjadi pemenang tanpa harus berbuat curang. Kelakukan Simoncelli yang sering merugikan pembalap lain merupakan sebuah lukisan tentang sosok anak muda sejati. Anak muda yang berdarah api, yang selalu ingin menunjukkan diri dan sering tidak bisa mengontrol diri
Simoncelli adalah representasi pemuda pada umumnya yang pantang menyerah, berkeinginan kuat, ambisius, lapar prestasi dan tidka peduli dengan resiko. Anak muda seperti ini tidak perlu ditakuti, anak muda seperti ini tidak perlu dimusuhi, anak muda seperti ini jangan sering dimarahi. Anak muda model Simoncelli harus terus diberi motivasi sambil disusupi nasehat untuk bisa mengontrol diri.
Saya yakin jika Simoncelli terus menerus didampingi oleh tim pengembang diri yang percaya pada potensinya dan sabar menghadapi luapan darah apinya ditambah dengan keinginan dari dalam diri Super-Sic untuk terus belajar mengendalikan emosi, tidak butuh waktu terlalu lama untuk menjuarai motogp. Begitu juga dengan anak muda lain, terutama anak muda Indonesia yang memiliki darah api jika terus belajar sambil berjuang, insyallah segala prestasi tinggi akan diraih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar