Sabtu, 20 Februari 2016

Gus dur dan toleransi (strategi kekuatan majemuk dan "kepentingan" mulia)

Abdurrahman wahid atau kerap disapa gus dur, setiap nama beliau disebut yang terbesit dalam benak saya khususnya adalah tentang pluralisme, pancasila, toleransi dan keberagaman. Ya, beliaulah satu satunya presiden yang menurut saya paling pantas disebut sebagai bapak keberagaman nusantara. Beliau dalam pandangan saya adalah politikus paling cerdas pada masanya sampai kebanyakan orang baru menyadari "dampak" dari keputusan politik beliau saat itu lama pasca beliau lengser dari jabatannya, bisa dibayangkan betapa majunya pemikiran beliau saat itu. Keputusan beliau yang tidak familiar pada saat itu dan cenderung berani merupakan cermin betapa beliau menginginkan islam nusantara yang aman, toleran dan tidak rentan terhadap konflik.

Walaupun beliau merupakan satu satunya presiden yang berlatar belakang pesantren, tidak serta merta membuat beliau bersikap cenderung fanatik bahkan beliau selama masa jabatannya telah mengeluarkan beberapa KEPPRES yang bahkan dimata ummat islam sendiri tidak familiar sehingga menimbulkan perdebatan, tapi disinilah bukti keterbukaan pemikiran beliau. Berfikiran terbuka tidak mesti "harus" liberal, beliaupun tau batasan sesuatu, tapi dari beberapa keputusan beliau selama menjabat sebagai presiden ada beberapa yang ditentang pada masa itu tapi seiring berjalannya waktu kita bisa mengetahui makna dibalik itu semua, bahkan keputusan "ekstrim" sekalipun. Salah satu KEPPRES yang beliau keluarkan serta manfaat dan maksud dibaliknya menurut saya (semua berdasarkan analisis individu penulis) adalah;

1. KEPPRES tahun 2000 yang mencabut inpres 14/1967 tentang larangan perayaan imlek.
Disini saya melihat beliau ingin menunjukkan wajah islam nusantara yang sesungguhnya, beliau ingin menyebarkan dan memperkenalkan sikap toleran yang selama masa sebelumnya tidak pernah ditunjukkan oleh pemerintahan pusat, sehingga secara tidak langsung dimasyarakat terjadi perpecahan, bahkan beberapa kelompok masyarakat dianggap "manusia golongan kedua" seperti masyarakat tionghoa misalnya. Mereka pada masa sebelumnya secara tidak langsung mendapatkan perlakuan yang intoleran oleh masyarakat yang menyebut dirinya pribumi.

Sikap intoleransi, diskriminasi, dan memarjinalkan suatu kelompok dari suatu kepemimpinan sama sekali bukan corak dari ajaran islam yang dibawa oleh role model kita dalam mengurusi suatu pemerintahan yaitu nabi Muhammad, tidak ada satupun bait dari cerita beliau yang menunjukkan sikap yang intoleran serta diskriminatif.

Dengan beliau memberikan ruang bagi masyarakat tionghoa pada masa itu secara tidak langsung beliau juga menaikkan pamos dan citra islam khususnya di nusantara sehingga berimbas kepada sikap yang "respect" terhadap kaum muslim itu sendiri. Secara tidak langsung pula beliau telah melakukan sebuah "dakwah" melalui politik, karena menurut saya dakwah tidak melulu tentang mengajak orang yang "kafir" menjadi "tidak kafir" atau "tidak baik" menjadi "baik", tapi menurut saya memperbaiki citra islam dimata ummat lain juga termasuk dakwah.

2. Membangun hubungan diplomasi dengan Israel.
Ini yang paling ingin saya bahas (hahaha). Ketika gonjang ganjing rencana beliau untuk membangun hubungan diplomasi dengan Israel, muncul berbagai spekulasi dan fitnah yang bertujuan untuk menjatuhkan beliau.

Jadi begini, kata take to the point aja menurut pemikiran saya, saya nggak perlu buat "menjawab" semua berita miring tentang beliau ketika rencana hubungan diplomasi itu dikemukakan di publik, karna itu hanya ngabisin energi, padahal tujuan mereka jelas, yaitu fitnah dan ketakutan untuk membuka hubungan dengan dunia luar.

Menurut pandangan saya kedua negara yang sudah memiliki suatu hubungan diplomasi, maka mereka akan memiliki suatu ikatan yang dimana ketika suatu negara ingin melakukan suatu tindakan pastinya mereka akan meminta "masukan" negara sahabat. Dari sinilah posisi indonesia yang diinginkan oleh gus dur kembali lagi untuk komitmen indonesia dalam mendukung kemerdekaan palestina.

Dibalik diaplikasikan atau tidak oleh negara sahabat, dengan kita mengeluarkan statement dan didengarkan maka itu juga bisa masuk dalam pertimbangan israel dalam melakukan tindakan politik terhadap palestina, sehingga melalui ini indonesia bisa melakukan "perselingkuhan politik" dengan palestina untuk mendapatkan keuntungan dari hubungan ini.

Berikut saya mengutip substansi danri perselingkuhan politik dari salah satu artikel di laman koran republika dan menjadi salah satu acuan saya juga dalam mengeluarkan argumen khususnya pada poin kedua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About this blog