Senin, 22 Februari 2016

Soekarno, Nasakom dan "ekspansi" blok barat

Nasakom merupakan salah satu buah pemikiran proklamator tercinta kita sekaligus menjabat sebagai presiden pertama pasca kemerdekaan Indonesia, yaitu Ir.Soekarno. Nasakom sendiri berarti Nasionalisme, agama dan komunisme yang mana bung karno mengakui peran ketiga unsur atau ideologi tersebut dalam kemerdekaan bangsa indonesia, sehingga tidak mungkin bagi bung karno untuk menghapus salah satu apalagi ketiganya.

Dalam perannya dalam kemerdekaan indonesia ketiga hal tersebutlah yang bagi bung karno cocok dan tidak bisa dipisahkan dari ideologi bangsa ini. Komunisme yang yang secara tidak langsung menggerakkan masyarakat di pedesaan dalam mengusir penjajah ditambah lagi kenyataan yang mengatakan bahwa partai komunis adalah pendukung utama presiden soekarno sehingga hampir tidak mungkin bagi bung karno untuk "membubarkan" komunisme di indonesia, apalagi dibalik kenyataan bahwa umur indonesia baru "seumur jagung" ditambah lagi dengn ideologi bung karno yang anti terhadap imperialisme barat, maka lengkap sudah alasan untuk mengapa bung karno tidak mungkin menghapus pki dari negri ini pada saat itu.

Dibalik aksi perpecahan di masyarakat pasca kemerdekaan yang ditimbulkan oleh ketiga elemen itu (agama, komunisme dan para nasionalis), maka presiden soekarno menetapkan sistem pemerintahan yang DEMOKRASI TERPIMPIN. Nah masalahnya sistem pemerintahan yang seperti ini cenderung kepada pemerintahan yang otoriter, tapi memang itulah jalan terbaik pada saat itu untuk menghentikan perpecahan dan gejolak yang terjadi ditengah masyarakat karena ketiga ideologi tersebut. Sembari menunggu perumusan tentang Nasakom yang dirumuskan oleh pemerintah dan di usulkan oleh bung karno.

Dengan ide yang brilian tadi justru masalahnya ada di masyarakat sendiri, dengan keadaan masyarakat yang sulit "dilebur" ditambah kepentingan blok barat yang selalu mengintai sepertinya sejak saat itu bung karno tau bahwa ide beliau akan mudak dipatahkan dengan fitnah2 oleh lawan politiknya, dan itulah yang terjadi selanjutnya.....,,

Sebenarnya bung karno bisa saja kembali mengambil tapuk pimpinan negri dengan beberapa kali dia akan dibebaskan oleh loyalisnya yang masih sangat banyak di negri ini, bahkan sampai sekarang. Tapi beliau menolak untuk "dibebaskan" dibalik kesehatan beliau yang sudah mulai tidak bugar lagi ditambah kemungkinan besar akan terjadi perpecahan yang lebih besar terjadi di masyarakat jika beliau muncul kembali, maka beliau memutuskann untuk tidak "kembali keranah politik" lagi, hingga akhir hayat beliau, beliau hidup dalam keterasingan, allahummaghfirlah :'(
Salah satu acuan bacaan saya dari sebuah pengakuan dari wartawan senior yang sempat bertemu dengan beliau ditengah keterasingannya :'(


Kepentingan blok barat untuk mengusir komunisme dari tanah air saat itu bukan tanpa tujuan, dengan kekuatan indonesia yang diakui oleh kedua blok tersebut ditambah lagi kecenderungan bung karno yang cenderung ketimur membuat blok barat apalagi amerika dan inggris "kepanasan kuping" mendengarnya, karena bukan tidak mungkin indonesia akan menjadi negara penyokong atau negara koalisi yang paling menyokong uni soviet pada saat itu. Maka "dibentuklah" gejolak politik seperti itu  untuk kepentingan blok barat dalam kecenderungan itu, dan kemudian terjadilah "manuver" itu yang kemudian menjadikan komunis, dan bung karno sebagai "tumbal politik"nya.

"Perjuangan" seorang bung karno sangatlah besar terhadap rakyat, beliau menerima untuk tidak memaksakan kehendaknya serta ideologinya walaupun saat itu masih sangat banyak loyalis beliau namun bagi beliau ketenangan rakyat tanpa gejolak politik dan tanpa pertumpahan darah itu lebih penting bagi beliau daripada "sebuah" kekuasaan.. allahummaghfirlah :'

Tidak ada yang tau persis apa yang terjadi pada saat itu, sayapun membaca dari berbagai macam sumber, untuk mencari kebenaran yang saya pilih, yang pasti saat itu bung karno seakan terfitnah oleh ideologi nasakomnya sendiri yang dijadikan sebagai "senjata makan tuan"nya oleh blok barat yang menggunakan soeharto sebagai eksekutornya.

Beliau sendiri bereaksi dengan sangat bijak dengan tidak membela diri agar tidak terjadi gejolak di masyarakat, beliau mengorbankan dirinya sendiri sebagai "tumbal politik" demi kestabilan dan kepentingan rakyat banyak.. allahummaghfirlah.. :'(

Selamat jalan sang proklamator...
Selamat jalan insinyur...
Kisah hitam putihmu masih misteri, tapi pengabdianmu terhadap negri dan rakyatmu itu NYATA!
Setidaknya panjenengan sekarang sudah ada dialam dimana tidak ada lagi orang yang akan menusuk penjenengan dari belakang :'(
Allahummaghfirlah...
Comment for discussing...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About this blog